Langsung ke konten utama

Postingan

sendiri

satu tahun lalu, aku diberi tawaran untuk berkenalan dengan anak dari temannya mama, dia laki-laki. waktu menolak dengan tegas, mama malah bertanya soal hubunganku dengan laki-laki yang terakhir menjadi kekasihku. sudah putus, jawabku. mama masih terus bertanya apakah aku bisa berteman dengan anak dari temannya. aku tolak karena aku sangat bahagia dengan diriku sendiri saat ini. aku tau sekali tujuan dari tawaran itu apa, bukan cuma sekadar berkenalan dan berteman, aku tau. tapi sayangnya tujuan itu sudah kuhapus dari daftar tujuan hidupku, bersih sekali karena aku tak ingin tujuan itu meninggalkan bekas sedikit pun di hidupku. lalu sekitar dua bulan lalu lagi-lagi aku harus mendengar hal yang serupa, dari mulut yang berbeda. ditanya kenapa aku menolak padahal hanya sekadar berkenalan. sayangnya, aku bukan anak umur lima tahun. aku tetap menolak dengan sopan, tapi yang kudapat malah pertanyaan lagi. kan hanya berteman, tanyanya. setelah itu kujawab kalau aku lebih nyaman sendiri. baru ...

mimpi

udah dua tahun sejak wisuda, tapi belum juga punya tempat untuk mengais rupiah. rasanya iri banget setiap ngeliat aktivitas orang lain di tempatnya, but of course i’m happy for them. tapi sebenernya ini normal ngga sih? capek banget ngejar sana sini tapi yang ngejar balik cuma empat, yang nengok pun ngga sampe sepuluh. semua yang ngejar tiba-tiba hilang setelah ngobrol, tanpa basa-basi, tanpa kabar. dua telinga ini udah capek denger pertanyaan yang sama dari orang-orang sekitar. ngga jarang satu orang berkali-kali nanya pertanyaan yang sama dalam waktu dekat. mereka lupa kah sama jawabannya? belum lagi desakan dari keluarga, ini lah itu lah bla bla bla. i’m trying, i always try my best, i did my best. tangan selalu gemeter setiap dapet pertanyaan itu. setiap kepikiran soal pekerjaan, benjolan di belakang telinga selalu muncul seakan jadi tanda buat berenti mikirin itu saat itu juga. “jalan orang beda-beda” “waktu tempuh setiap orang ngga sama” “nanti pasti bisa” iya. ngga bisa kasih re...

ruang untuk rasa kecewa

masih banyak orang yang lupa untuk menyisakan sebuah ruang dalam hatinya untuk hal-hal yang ngga bisa diprediksi atau diperkirakan sebelumnya. karena orang-orang yang seperti itu hidup dengan rasa percaya yang tinggi dan mungkin memang ngga pernah dipatahkan kepercayaannya, atau mungkin pernah tapi mereka ngga sadar akan itu. aku pernah memercayai orang sebegitunya sampai aku lupa untuk menyisakan ruang untuk hal yang ngga bisa aku perkirakan dari orang itu.  ngga ada manusia yang sempurna, begitu juga dengan aku dan orang yang aku percaya.  meski aku ngga tau apa, tapi aku betul-betul jatuh ke dalam ketidaksempurnaan itu. maksudnya, aku jatuh ke dalam sesuatu yang sangat indah dan terkesan sempurna, tapi aku lupa bahwa tempat di mana aku jatuh bisa aja menuntun ku ke arah yang bisa membuatku kecewa karena ekspektasiku. jadi, aku ngga pernah menyiapkan ruang untuk rasa kecewa itu—ruang yang diperuntukkan kalau suatu saat nanti tempat ini menunjukkan kecacatan atau mengarahkan ...

Mengisi Waktu Kosong di Masa Pandemi

Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh Hai! Kembali lagi! Akhirnya bisa balik lagi setelah sekian lama ngga upload judul baru. Kangen banget sama aktivitas nge-blog ini hahahaha tapi apa daya anak kuliahan yang banyak praktikum ini ternyata waktunya kebanyakan dipake buat nugas dan rebahan. Tapi akhirnya punya niat lagi buat aktifin blog dan cari judul-judul baru yang menarik dan bisa buat gue bahas.  Kali ini mari kita bahas soal cara mengisi waktu kosong di masa pandemi! Note : gue juga ngga produktif-produktif amat karena beberapa tugas lebih banyak pake HP atau laptop. Tapi, gue cuma mau berbagi beberapa cara yang bisa kalian lakuin buat ngisi waktu kosong/liburan atau pas weekend juga bisa.  Nah, buat kalian yang lagi bingung waktu kosong enaknya dipake buat apa atau waktu liburan mau ngapain, terlebih di masa pandemi kayak gini pasti jadi makin susah buat ilangin bosennya, gue udah ngumpulin beberapa cara buat ngilangin kebingungan dan kebosenan kalian. 1....

Resume "Risalah Perjuangan"

BAB IV Manajemen Aksi Pergerakan Mahasiswa AKSI MASSA Aksi Massa adalah berhimpun dan bergeraknya sebuah komunitas sosial yang disebabkan oleh adanya wacana politik tertentu yang bisa dipahami secara rasional dan atau emosional. Melalui Lembaga Pergerakan Mahasiswa (LPM), aktifis mahasiswa menggerakkan aksi massa yang bisa disebut Aksi Pergerakan Mahasiswa, dan menjadikan Wacana Pergerakan Mahasiswa (WPM) sebagai platform  gerakan. Selanjutnya, ada aksi kolektif yang merupakan aksi yang dilakukan untuk tujuan khusus. Maksudnya adalah aksi-aksi demonstrasi yang melibatlan perubahan sosial. Masyarakat memandang demonstrasi dengan bermacam-macam citra. Ada beberapa di antaranya yang merasa ngeri dengan aksi tersebut karena merasa bahwa hal itu identik dengan kekerasan, seperti bentrok dan rusuh. Contohnya adalah demonstrasi mahasiswa Universitas Muslim Indonesia di Makassar, kerusuhan 1998, dan juga kasus Tanjung Priok. Di mana, ketiganya membuat citra demonstrasi identik d...

Field Report PKMF MIPA 1 2019

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh Pada hari Rabu, 27 Maret 2019 telah dilaksanakan Pelatihan Kepemimpinan Mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam 1 (PKMF MIPA 1). Hari itu, PKMF dibuka dengan pembacaan tilawah oleh salah satu peserta, kemudian bernyanyi Indonesia Raya bersama-sama. Setelah itu, untuk menambah semangat, kami mempraktikkan jargon PKMF MIPA 2019 dan bernyanyi Totalitas Perjuangan serta Buruh Tani. Lalu, agenda selanjutnya adalah pemaparan materi dengan judul Urgensi Kaderisasi . Materi tersebut disampaikan oleh Kak Al Bais Basyari atau biasa dipanggil Bang Bais dari Prodi Pendidikan Agama Islam Universitas Negeri Jakarta dan Kak Alfian Putra Utama dari Prodi Kimia sebagai moderator. Menurut KBBI, kaderisasi adalah proses, cara, perbuatan mendidik atau membentuk seseorang menjadi kader . Kaderisasi layaknya menanam bibit. Untuk menghasilkan pemimpin bangsa di masa depan, pemimpin pada masanya harus menanam. - Bung Hatta Dan ...

Observe

Being an observer is not so difficult but not easy too . Dari kecil gue selalu punya prinsip observe ke orang-orang yang baru gue kenal. Gue akan selalu mengamati mereka dari cara jalan, cara ngomong, gimana matanya bergerak, dan gimana tangannya bergerak. Biasanya gue mengamati mereka secara umum dulu alias ketika mereka lagi biasa aja dan ngga lagi melakukan suatu kesalahan. Gue juga ngga tau ini nurun dari siapa, yang pasti dari SD gue udah begini dan emang karena suka dan lama-lama terbiasa. Dari SD sampe sekarang gue kuliah, gue ngga pernah ngga ngamatin orang baru yang ada di kehidupan gue alias gue kenal. Akhirnya gue paham, gimana orang kalo lagi bohong. Gue bisa liat dari mata, mimik muka, gerak tangan, dan gerak badannya. Thats why gue kalo lagi bohong hampir ngga pernah ketauan karena i know how to lie hahahaha. Tapi alhamdulillah sejak SMP gue menanamkan "be honest is better than lying". Jadi sejak SMP gue ngga berani bohong lagi, gue mulai memberanikan...