Langsung ke konten utama

ruang untuk rasa kecewa

masih banyak orang yang lupa untuk menyisakan sebuah ruang dalam hatinya untuk hal-hal yang ngga bisa diprediksi atau diperkirakan sebelumnya. karena orang-orang yang seperti itu hidup dengan rasa percaya yang tinggi dan mungkin memang ngga pernah dipatahkan kepercayaannya, atau mungkin pernah tapi mereka ngga sadar akan itu.

aku pernah memercayai orang sebegitunya sampai aku lupa untuk menyisakan ruang untuk hal yang ngga bisa aku perkirakan dari orang itu. ngga ada manusia yang sempurna, begitu juga dengan aku dan orang yang aku percaya. meski aku ngga tau apa, tapi aku betul-betul jatuh ke dalam ketidaksempurnaan itu. maksudnya, aku jatuh ke dalam sesuatu yang sangat indah dan terkesan sempurna, tapi aku lupa bahwa tempat di mana aku jatuh bisa aja menuntun ku ke arah yang bisa membuatku kecewa karena ekspektasiku. jadi, aku ngga pernah menyiapkan ruang untuk rasa kecewa itu—ruang yang diperuntukkan kalau suatu saat nanti tempat ini menunjukkan kecacatan atau mengarahkan ku ke bagian yang ngga aku harapkan—

tapi nyatanya aku ngga menyiapkan itu, sampai tiba di saat aku dihujani rasa kecewa dan sama sekali ngga bisa berlindung karena aku lupa untuk membuat ruangan itu. rasanya sakit sekali, tapi apa boleh buat? aku hanya bisa menjaga diriku sendiri saat itu, berharap derasnya hujan bisa segera mereda dan berhenti. karena merasa sudah terlambat untuk membuat ruang, aku memutuskan untuk beranjak dari penyesalan dan segera melarikan diri dari tempat itu. butuh waktu lama untuk bisa keluar dari sana, tapi aku berhasil! meski masih banyak sisa air hujan yang menempel di bajuku, hal seperti itu memang ngga bisa dihindari, kan?

akhirnya, setelah itu aku akan selau ingat untuk menyisakan atau membuat ruang untuk rasa kecewa. entah nantinya perasaan itu akan datang atau tidak akan pernah datang sama sekali. sebab, rasa kecewa akan selalu datang tiba-tiba, tanpa aba-aba. aku harap kita semua dijauhkan dari rasa kecewa dan dijauhkan dari sikap yang bisa membuat orang lain kecewa.


catatan:

tulisan ini sengaja dibuat tidak rapih untuk menyadarkan siapapun (termasuk aku) bahwa ketidaksempurnaan itu akan selalu ada di mana pun kita berada, jadi jangan lupa siapkan ruang untuk rasa kecewa.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengisi Waktu Kosong di Masa Pandemi

Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh Hai! Kembali lagi! Akhirnya bisa balik lagi setelah sekian lama ngga upload judul baru. Kangen banget sama aktivitas nge-blog ini hahahaha tapi apa daya anak kuliahan yang banyak praktikum ini ternyata waktunya kebanyakan dipake buat nugas dan rebahan. Tapi akhirnya punya niat lagi buat aktifin blog dan cari judul-judul baru yang menarik dan bisa buat gue bahas.  Kali ini mari kita bahas soal cara mengisi waktu kosong di masa pandemi! Note : gue juga ngga produktif-produktif amat karena beberapa tugas lebih banyak pake HP atau laptop. Tapi, gue cuma mau berbagi beberapa cara yang bisa kalian lakuin buat ngisi waktu kosong/liburan atau pas weekend juga bisa.  Nah, buat kalian yang lagi bingung waktu kosong enaknya dipake buat apa atau waktu liburan mau ngapain, terlebih di masa pandemi kayak gini pasti jadi makin susah buat ilangin bosennya, gue udah ngumpulin beberapa cara buat ngilangin kebingungan dan kebosenan kalian. 1....

Resume "Risalah Perjuangan"

BAB IV Manajemen Aksi Pergerakan Mahasiswa AKSI MASSA Aksi Massa adalah berhimpun dan bergeraknya sebuah komunitas sosial yang disebabkan oleh adanya wacana politik tertentu yang bisa dipahami secara rasional dan atau emosional. Melalui Lembaga Pergerakan Mahasiswa (LPM), aktifis mahasiswa menggerakkan aksi massa yang bisa disebut Aksi Pergerakan Mahasiswa, dan menjadikan Wacana Pergerakan Mahasiswa (WPM) sebagai platform  gerakan. Selanjutnya, ada aksi kolektif yang merupakan aksi yang dilakukan untuk tujuan khusus. Maksudnya adalah aksi-aksi demonstrasi yang melibatlan perubahan sosial. Masyarakat memandang demonstrasi dengan bermacam-macam citra. Ada beberapa di antaranya yang merasa ngeri dengan aksi tersebut karena merasa bahwa hal itu identik dengan kekerasan, seperti bentrok dan rusuh. Contohnya adalah demonstrasi mahasiswa Universitas Muslim Indonesia di Makassar, kerusuhan 1998, dan juga kasus Tanjung Priok. Di mana, ketiganya membuat citra demonstrasi identik d...