Langsung ke konten utama

sendiri

satu tahun lalu, aku diberi tawaran untuk berkenalan dengan anak dari temannya mama, dia laki-laki. waktu menolak dengan tegas, mama malah bertanya soal hubunganku dengan laki-laki yang terakhir menjadi kekasihku. sudah putus, jawabku. mama masih terus bertanya apakah aku bisa berteman dengan anak dari temannya. aku tolak karena aku sangat bahagia dengan diriku sendiri saat ini.

aku tau sekali tujuan dari tawaran itu apa, bukan cuma sekadar berkenalan dan berteman, aku tau. tapi sayangnya tujuan itu sudah kuhapus dari daftar tujuan hidupku, bersih sekali karena aku tak ingin tujuan itu meninggalkan bekas sedikit pun di hidupku.

lalu sekitar dua bulan lalu lagi-lagi aku harus mendengar hal yang serupa, dari mulut yang berbeda. ditanya kenapa aku menolak padahal hanya sekadar berkenalan. sayangnya, aku bukan anak umur lima tahun. aku tetap menolak dengan sopan, tapi yang kudapat malah pertanyaan lagi. kan hanya berteman, tanyanya. setelah itu kujawab kalau aku lebih nyaman sendiri. baru lah mulut itu berhenti bertanya. meski begitu, rasa tidak nyaman malah semakin menggerogoti diriku, aku gemetaran, aku mual, aku ingin sekali menangis saat itu. namun, aku hanya bisa diam dan tersenyum untuk menutupi kerapuhan yang hampir menghancurkanku saat itu.

hingga kini aku masih dibuat tidak nyaman setiap kali aku mengingat dua peristiwa itu.

aku benci sekali.

aku berharap orang-orang tau betapa bencinya aku ketika diberi tawaran seperti itu, apa lagi kalau dengan intensi memaksa tapi dibalut dengan kalimat yang halus. oh, benci sekali!

apa yang salah dari kesendirian?
apa aku terlihat kesepian?
apa aku terlihat haus dan lapar kasih sayang?

aku berharap hal seperti ini tidak akan pernah terjadi lagi di kemudian hari.

aku benci.

aku kecewa.

aku marah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengisi Waktu Kosong di Masa Pandemi

Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh Hai! Kembali lagi! Akhirnya bisa balik lagi setelah sekian lama ngga upload judul baru. Kangen banget sama aktivitas nge-blog ini hahahaha tapi apa daya anak kuliahan yang banyak praktikum ini ternyata waktunya kebanyakan dipake buat nugas dan rebahan. Tapi akhirnya punya niat lagi buat aktifin blog dan cari judul-judul baru yang menarik dan bisa buat gue bahas.  Kali ini mari kita bahas soal cara mengisi waktu kosong di masa pandemi! Note : gue juga ngga produktif-produktif amat karena beberapa tugas lebih banyak pake HP atau laptop. Tapi, gue cuma mau berbagi beberapa cara yang bisa kalian lakuin buat ngisi waktu kosong/liburan atau pas weekend juga bisa.  Nah, buat kalian yang lagi bingung waktu kosong enaknya dipake buat apa atau waktu liburan mau ngapain, terlebih di masa pandemi kayak gini pasti jadi makin susah buat ilangin bosennya, gue udah ngumpulin beberapa cara buat ngilangin kebingungan dan kebosenan kalian. 1....

Resume "Risalah Perjuangan"

BAB IV Manajemen Aksi Pergerakan Mahasiswa AKSI MASSA Aksi Massa adalah berhimpun dan bergeraknya sebuah komunitas sosial yang disebabkan oleh adanya wacana politik tertentu yang bisa dipahami secara rasional dan atau emosional. Melalui Lembaga Pergerakan Mahasiswa (LPM), aktifis mahasiswa menggerakkan aksi massa yang bisa disebut Aksi Pergerakan Mahasiswa, dan menjadikan Wacana Pergerakan Mahasiswa (WPM) sebagai platform  gerakan. Selanjutnya, ada aksi kolektif yang merupakan aksi yang dilakukan untuk tujuan khusus. Maksudnya adalah aksi-aksi demonstrasi yang melibatlan perubahan sosial. Masyarakat memandang demonstrasi dengan bermacam-macam citra. Ada beberapa di antaranya yang merasa ngeri dengan aksi tersebut karena merasa bahwa hal itu identik dengan kekerasan, seperti bentrok dan rusuh. Contohnya adalah demonstrasi mahasiswa Universitas Muslim Indonesia di Makassar, kerusuhan 1998, dan juga kasus Tanjung Priok. Di mana, ketiganya membuat citra demonstrasi identik d...

ruang untuk rasa kecewa

masih banyak orang yang lupa untuk menyisakan sebuah ruang dalam hatinya untuk hal-hal yang ngga bisa diprediksi atau diperkirakan sebelumnya. karena orang-orang yang seperti itu hidup dengan rasa percaya yang tinggi dan mungkin memang ngga pernah dipatahkan kepercayaannya, atau mungkin pernah tapi mereka ngga sadar akan itu. aku pernah memercayai orang sebegitunya sampai aku lupa untuk menyisakan ruang untuk hal yang ngga bisa aku perkirakan dari orang itu.  ngga ada manusia yang sempurna, begitu juga dengan aku dan orang yang aku percaya.  meski aku ngga tau apa, tapi aku betul-betul jatuh ke dalam ketidaksempurnaan itu. maksudnya, aku jatuh ke dalam sesuatu yang sangat indah dan terkesan sempurna, tapi aku lupa bahwa tempat di mana aku jatuh bisa aja menuntun ku ke arah yang bisa membuatku kecewa karena ekspektasiku. jadi, aku ngga pernah menyiapkan ruang untuk rasa kecewa itu—ruang yang diperuntukkan kalau suatu saat nanti tempat ini menunjukkan kecacatan atau mengarahkan ...