satu tahun lalu, aku diberi tawaran untuk berkenalan dengan anak dari temannya mama, dia laki-laki. waktu menolak dengan tegas, mama malah bertanya soal hubunganku dengan laki-laki yang terakhir menjadi kekasihku. sudah putus, jawabku. mama masih terus bertanya apakah aku bisa berteman dengan anak dari temannya. aku tolak karena aku sangat bahagia dengan diriku sendiri saat ini.
aku tau sekali tujuan dari tawaran itu apa, bukan cuma sekadar berkenalan dan berteman, aku tau. tapi sayangnya tujuan itu sudah kuhapus dari daftar tujuan hidupku, bersih sekali karena aku tak ingin tujuan itu meninggalkan bekas sedikit pun di hidupku.
lalu sekitar dua bulan lalu lagi-lagi aku harus mendengar hal yang serupa, dari mulut yang berbeda. ditanya kenapa aku menolak padahal hanya sekadar berkenalan. sayangnya, aku bukan anak umur lima tahun. aku tetap menolak dengan sopan, tapi yang kudapat malah pertanyaan lagi. kan hanya berteman, tanyanya. setelah itu kujawab kalau aku lebih nyaman sendiri. baru lah mulut itu berhenti bertanya. meski begitu, rasa tidak nyaman malah semakin menggerogoti diriku, aku gemetaran, aku mual, aku ingin sekali menangis saat itu. namun, aku hanya bisa diam dan tersenyum untuk menutupi kerapuhan yang hampir menghancurkanku saat itu.
hingga kini aku masih dibuat tidak nyaman setiap kali aku mengingat dua peristiwa itu.
aku benci sekali.
aku berharap orang-orang tau betapa bencinya aku ketika diberi tawaran seperti itu, apa lagi kalau dengan intensi memaksa tapi dibalut dengan kalimat yang halus. oh, benci sekali!
apa yang salah dari kesendirian?
apa aku terlihat kesepian?
apa aku terlihat haus dan lapar kasih sayang?
aku berharap hal seperti ini tidak akan pernah terjadi lagi di kemudian hari.
aku benci.
aku kecewa.
aku marah.
Komentar
Posting Komentar